Minggu, 30 September 2012

Informasi Panti Pijat

Informasi Panti Pijat

Mohon Maaf sebelumnya informasi mengenai panti pijat sedang
admin edit untuk beberapa waktu. setelah selesai kami editing
segera mungkin saya posting kembali informasi panti pijatnya.


mungkin cerita plus dibawah ini bisa menghibur rekan2..
selamat menikmati.........

Selingkuh Dengan Ami

Aku sedang menonton televisi di kamarku ketika Fay keluar dari kamar
mandi mengenakan baju tidur. Hm.. dia pasti habis cuci muka dan
bersih-bersih sebelum tidur. Di kamar tidur kami memang terdapat kamar
mandi dan televisi, sehingga aku menonton televisi sambil tiduran. Fay
berbaring di sampingku, dan memejamkan matanya. Lho? Dia langsung mau
tidur nih! Padahal aku sejak tadi menunggu dia. Lihat saja, si “ujang”
sudah bangun menantikan jatahnya.

“Fay! Kok langsung tidur sih?”
“Mm..?”
Fay membuka matanya. Lalu ia duduk dan menatapku. Kemudian ia tersenyum
manis. Woow.. burungku semakin mengeras. Fay mendekatkan wajahnya ke
wajahku. Tangannya yang lembut halus membelai wajahku. Jantungku
berdetak cepat. Kurangkul tubuhnya yang mungil dan hangat. Terasa nyaman
sekali. Fay mencium pipiku. “Cupp..!”

“Tidur yang nyenyak yaa..” katanya perlahan.
Lalu ia kembali berbaring dan memejamkan matanya. Tidur! Nah lho? Sial
benar. Cuma begitu saja? Aku terbengong beberapa saat.
“Fay! Faayy..!” aku mengguncang-guncang tubuhnya.
“Umm.. udah maleem.. Fay ngantuk niih..”
Kalau sudah begitu, percuma saja. Dia tidak akan bangun. Padahal aku
sedang birahi tinggi dan butuh pernyaluran. Si “ujang” masih tegang dan
penasaran minta jatah.

Begitulah Fay. Sebagai istri, dia hampir sempurna. Wajah dan fisiknya
enak dilihat, sifatnya baik dan menarik. Perhatiannya pada kebutuhanku
sehari-hari sangat cukup. Hanya saja, kalau di tempat tidur dia sangat
“hemat”. Nafsuku terbilang tinggi. Sedangkan Fay, entah kenapa
(menurutku) hampir tidak punya nafsu seks. Tidak heran meskipun sudah
lebih setahun kami menikah, sampai saat ini kami belum punya anak. Untuk
pelampiasan, aku terkadang selingkuh dengan wanita lain. Fay bukannya
tidak tahu. Tapi tampaknya dia tidak terlalu mempermasalahkannya.

Nafsuku sulit ditahan. Rasanya ingin kupaksa saja Fay untuk melayaniku.
Tapi melihat wajahnya yang sedang pulas, aku jadi tidak tega. Kucium
rambutnya. Akhirnya kuputuskan untuk tidur sambil memeluk Fay. Siapa
tahu dalam mimpi, Fay mau memuaskanku? Hehehe..

Esoknya saat jam istirahat kantor, aku makan siang di Citraland Mall.
Tidak disangka, disana aku bertemu dengan Ami, sahabatku dan Fay semasa
kuliah dahulu. Kulihat Ami bersama dengan seorang wanita yang mirip
dengannya. Seingatku, Ami tidak punya adik. Ternyata setelah kami
diperkenalkan, wanita itu adalah adik sepupu Ami. Fita namanya. Heran
juga aku, kok saudara sepupu bisa semirip itu ya? Pendek kata, akhirnya
kami makan satu meja.

Sambil makan, kami mengobrol. Ternyata Fita seperti juga Ami, tipe yang
mudah akrab dengan orang baru. Terbukti dia tidak canggung mengobrol
denganku. Ketika aku menanyakan tentang Joe (suami Ami, sahabatku semasa
kuliah), Ami bilang bahwa Joe sedang pergi ke Surabaya sekitar dua
minggu yang lalu untuk suatu keperluan.

“Paling juga disana dia main cewek!” begitu komentar Ami.
Aku hanya manggut-manggut saja. Aku kenal baik dengan Joe, dan bukan hal
yang aneh kalau Joe ada main dengan wanita lain disana. Saat Fita
permisi untuk ke toilet, Ami langsung bertanya padaku.
“Van, loe ama Fay gimana?”
“Baek. Kenapa?”
“Dari dulu loe itu kan juga terkenal suka main cewek. Kok bisa ya akur
ama Fay?”
Aku diam saja.

Aku dan Fay memang lumayan akur. Tapi di ranjang jelas ada masalah.
Kalau dituruti nafsuku, pasti setiap hari aku minta jatah dari Fay. Tapi
kalau Fay dituruti, paling hebat sebulan dijatah empat atau lima kali!
Itu juga harus main paksa. Seingatku pernah terjadi dalam sebulan aku
hanya dua kali dijatah Fay. Jelas saja aku selingkuh! Mana tahan?

“Kok diem, Van?” pertanyaan Ami membuyarkan lamunanku.
“Nggak kok..”
“Loe lagi punya masalah ya?”
“Nggaak..”
“Jujur aja deh..” Ami mendesak.
Kulirik Ami. Wuih, nafsuku muncul. Aku jadi teringat saat pesta di rumah
Joe. Karena nafsuku sudah sampai ke ubun-ubun, maka akal sehatku pun
hilang.

“Cerita doong..!” Ami kembali mendesak.
“Mi.., loe mau pesta “assoy” lagi nggak?” aku memulai. Ami kelihatan kaget.
“Eh? Loe jangan macem-macem ya Van!” kecam Ami.
Aduh.., kelihatannya dia marah.
“Sorry! Sorry! Gue nggak serius.. sorry yaa..” aku sedikit panik.

Tiba-tiba Ami tertawa kecil.
“Keliatannya loe emang punya masalah deh.. Oke, nanti sore kita ketemu
lagi di sini ya? Gue juga di rumah nggak ada kerjaan.”
Saat itu Fita kembali dari toilet. Kami melanjutkan mengobrol sebentar,
setelah itu aku kembali ke kantor.

Jam 5 sore aku pulang kantor, dan langsung menuju tempat yang
dijanjikan. Sekitar sepuluh menit aku menunggu sebelum akhirnya telepon
genggamku berdering. Dari Ami, menanyakan dimana aku berada. Setelah
bertemu, Ami langsung mengajakku naik ke mobilnya. Mobilku kutinggalkan
disana. Di jalan Ami langsung menanyaiku tanpa basa-basi.
“Van, loe lagi butuh seks ya?”
Aku kaget juga ditanya seperti itu. “Maksud loe?”
“Loe nggak usah malu ama gue. Emangnya Fay kenapa?”
Aku menghela nafas. Akhirnya kuputuskan untuk mengeluarkan uneg-unegku.

“Mi.. Fay itu susah banget.. dia bener-bener pelit kalo soal begitu. Loe
bayangin aja, gue selalu nafsu kalo ngeliat dia. Tapi dia hampir nggak
pernah ngerespon. Kan nafsu gue numpuk? Gue butuh penyaluran dong!
Untung badannya kecil, jadi kadang-kadang gue paksa dia.”
Ami tertawa. “Maksudnya loe perkosa dia ya? Lucu deh, masa istri sendiri
diperkosa sih?”
“Dia nggak marah kok. Lagi gue perkosanya nggak kasar.”
“Mana ada perkosa nggak kasar?” Ami tertawa lagi. “Dan kalo dia nggak
marah, perkosa aja dia tiap hari.”
“Kasian juga kalo diperkosa tiap hari. Gue nggak tega kalo begitu..”
“Jadi kalo sekali-sekali tega ya?”
“Yah.. namanya juga kepepet.. Udah deh.. nggak usah ngomongin Fay lagi ya?”
“Oke.. kita juga hampir sampe nih..”

Aku heran. Ternyata Ami menuju ke sebuah apartemen di Jakarta Barat.
Dari tadi aku tidak menyadarinya.
“Mi, apartemen siapa nih?”
“Apartemennya Fita. Pokoknya kita masuk dulu deh..”

Fita menyambut kami berdua. Setelah itu aku menunggu di sebuah kursi,
sementara Fita dan Ami masuk ke kamar. Tidak lama kemudian Ami
memanggilku dari balik pintu kamar tersebut. Dan ketika aku masuk, si
“ujang” langsung terbangun, sebab kulihat Ami dan Fita tidak memakai
pakaian sama sekali. Mataku tidak berkedip melihat pemandangan hebat
itu. Dua wanita yang cantik yang wajahnya mirip sedang bertelanjang
bulat di depanku. Mimpi apa aku?

“Kok bengong Van? Katanya loe lagi butuh? Ayo sini..!” panggil Ami lembut.
Aku menurut bagai dihipnotis. Fita duduk bersimpuh di ranjang.
“Ayo berbaring disini, Mas Ivan.”
Aku berbaring di ranjang dengan berbantalkan paha Fita. Kulihat dari
sudut pandangku, kedua bagian bawah payudara Fita yang menggantung
mempesona. Ukurannya lumayan juga. Fita langsung melucuti pakaian
atasku, sementara Ami melucuti pakaianku bagian bawah, sampai akhirnya
aku benar-benar telanjang. Batang kemaluanku mengacung keras menandakan
nafsuku yang bergolak.

“Gue pijat dulu yaa..” kata Ami.
Kemudian Ami menjepit kemaluanku dengan kedua payudaranya yang montok
itu. Ohh.., kurasakan pijatan daging lembut itu pada kemaluanku. Rasanya
benar-benar nyaman. Kulihat Ami tersenyum kepadaku. Aku hanya mengamati
bagaimana kedua payudara Ami yang sedang digunakan untuk memijat batang
penisku.
“Enak kan, Van?” Ami bertanya.
Aku mengangguk. “Enak banget. Lembut..”

Fita meraih dan membimbing kedua tanganku dengan tangannya untuk
mengenggam payudaranya. Dia membungkuk, sehingga kedua payudaranya
menggantung bebas di depan wajahku.
“Van, perah susu gue ya?” pintanya nakal.
Aku dengan senang hati melakukannya. Kuperah kedua susunya seperti
memerah susu sapi, sehingga Fita merintih-rintih.
“Ahh.. awww.. akh.. terus.. Van.. ahh.. ahh..”
Payudara Fita terasa legit dan kenyal. Aku merasa seperti raja yang
dilayani dua wanita cantik. Akhirnya Ami menghentikan pijatan
spesialnya. Berganti tangan kanannya menggenggam pangkal si “ujang”.

“Dulu diwaktu pesta di rumah gue, kontol loe belum ngerasain lidah gue
ya?” kata Ami, dan kemudian dengan cepat lidahnya menjulur menjilat si
“ujang” tepat di bagian bawah lubangnya.
Aku langsung merinding keenakan dibuatnya. Dan beberapa detik kemudian
kurasakan hangat, lembut, dan basah pada batang kemaluanku. Si “ujang”
telah berada di dalam mulut Ami, tengah disedot dan dimainkan dengan
lidahnya. Tidak hanya itu, Ami juga sesekali mengemut telur kembarku
sehingga menimbulkan rasa ngilu yang nikmat. Sedotan mulut Ami
benar-benar membuatku terbuai, apalagi ketika ia menyedot-nyedot ujung
kemaluanku dengan kuat. Enaknya tidak terlukiskan. Sampai kurasakan alat
kelaminku berdenyut-denyut, siap untuk memuntahkan sperma.

“Mi.. gue.. udah mau.. ke.. luar..”
Ami semakin intens mengulum dan menyedot, sehingga akhirnya kemaluanku
menyemprotkan sperma berkali-kali ke dalam mulut Ami. Lemas badanku
dibuatnya. Tanganku yang beraksi pada payudara Fita pun akhirnya
berhenti. Ami terus mengulum dan menyedot kemaluanku, sehingga
menimbulkan rasa ngilu yang amat sangat. Aku tidak tahan dibuatnya.

“Aahh.. Ami.. udahan dulu dong..!”
“Kok cepet banget keluar?” ledeknya.
“Uaah.., gue kelewat nafsu sih.. maklum dong, selama ini ditahan terus.”
aku membela diri.
“Oke deh, kita istirahat sebentar.”

Ami lalu menindih tubuhku. Payudaranya menekan dadaku, begitu kenyal
rasanya. Nafasnya hangat menerpa wajahku. Fita mengambil posisi di
selangkanganku, menjilati kemaluanku. Gairahku perlahan-lahan bangkit
kembali. Kuraba-raba kemaluan Ami hingga akhirnya aku menemukan daging
kenikmatannya. Kucubit pelan sehingga Ami mendesah perlahan. Kugunakan
jari jempol dan telunjukku untuk memainkan daging tersebut, sementara
jari manisku kugunakan untuk mengorek liang sanggamanya. Desahan Ami
semakin terdengar jelas. Kemaluannya terasa begitu basah. Sementara itu
Fita terus saja menjilati kemaluanku. Tidak hanya itu, Fita
mengosok-gosok mulut dan leher si “ujang”, sehingga sekali lagi bulu
kudukku merinding menahan nikmat.

Kali ini aku merasa lebih siap untuk tempur, sehingga langsung saja aku
membalik posisi tubuhku, menindih Ami yang sekarang jadi telentang. Dan
langsung kusodok lubang sanggamanya dengan batang kemaluanku. Ami
mendesis pendek, lalu menghela nafasnya. Seluruh batang kemaluanku
terbenam ke dalam rahim Ami. Aku mulai mengocok maju mundur. Ami
melingkarkan tangannya memeluk tubuhku. Fita yang menganggur melakukan
matsurbasi sambil mengamati kami berdua yang sedang bersatu dalam
kenikmatan bersetubuh. Ami mengeluarkan jeritan-jeritan kecil, sampai
akhirnya berteriak saat mencapai puncak kenikmatannya, berbeda denganku
yang lebih kuat setelah sebelumnya mencapai orgasme.

Kucabut batang kemaluanku dari vagina Ami, dan langsung kuraih tubuh
Fita. Untuk mengistirahatkan si “ujang”, aku menggunakan jari-jariku
untuk mengobok-obok vagina Fita. Kugosok-gosok klitorisnya sehingga Fita
mengerang keras. Kujilati dan kugigit lembut sekujur payudaranya, kanan
dan kiri. Fita meremas rambutku, nafasnya terengah-engah dan memburu.
Setelah kurasakan cukup merangsang Fita, aku bersedia untuk main course.

Fita nampaknya sudah siap untuk menerima seranganku, dan langsung
mengambil doggy style. Vaginanya yang dihiasi bulu-bulu keriting nampak
sudah basah kuyup. Kumasukkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya
dengan pelan tapi pasti. Fita merintih-rintih keras saat proses
penetrasi berlangsung. Setelah masuk seluruh penisku, kudiamkan beberapa
saat untuk menikmati kehangatan yang diberikan oleh jepitan vagina Fita.
Hangat sekali, lebih hangat dari milik Ami. Setelah itu kumulai menyodok
Fita maju mundur.

Fita memang berisik sekali! Saat kami melakukan sanggama,
teriakan-teriakannya terdengar kencang. Tapi aku suka juga mendengarnya.
Kedua payudaranya bergelantungan bergerak liar seiring dengan gerakan
kami. Kupikir sayang kalau tidak dimanfaatkan, maka kuraih saja kedua
danging kenyal tersebut dan langsung kuremas-remas sepuasnya. Nafsuku
semakin memuncak, sehingga sodokanku semakin kupercepat, membuat Fita
semakin keras mengeluarkan suara.
“Aaahh.. Aaahh.. Gue keluaar.. Aaah..” teriak Fita dengan lantang.

Fita terkulai lemas, sementara aku terus menyetubuhinya. Beberapa saat
kemudian aku merasa mulai mendekati puncak kepuasan.
“Fit.. gue mau keluar nih..”
Fita langsung melepaskan kemaluannya dari kemaluanku, dan langsung
mengulum kemaluanku sehingga akhirnya aku memuntahkan spermaku di dalam
mulut Fita, yang ditelan oleh Fita sampai habis.

Aku berbaring, capek. Nikmat dan puas sekali rasanya. Ami berbaring di
sisiku. Payudaranya terasa lembut dan hangat menyentuh lengan kananku.
Fita masih membersihkan batang kemaluanku dengan mulutnya.
“Gimana Van? Puas?” Ami bertanya.
“Puas banget deh.. Otak gue ringan banget rasanya.”
“Gue mandi dulu ya?” Fita memotong pembicaraan kami.
Lalu ia menuju kamar mandi.

“Gue begini juga karena gue lagi pengen kok. Joe udah dua minggu pergi.
Nggak tau baliknya kapan.” Ami menjelaskan.
“Nggak masalah kok. Gue juga emang lagi butuh sih. Lain kali juga gue
nggak keberatan.”
“Huss! Sembarangan loe. Gue selingkuh cuma sekali-sekali aja, cuma
pengen balas dendam ama Joe. Dia suka selingkuh juga sih! Beda kasusnya
ama loe!”
Aku diam saja. Ami bangkit dari ranjang dan mengingatkanku.
“Udah hampir setengah delapan malem tuh. Nanti Fay bingung lho!”

Aku jadi tersadar. Cepat-cepat kukenakan pakaianku, tanpa mandi terlebih
dahulu. Setelah pamit dengan Fita, Ami mengantarku kembali ke Citraland.
Disana kami berpisah, dan aku kembali ke rumah dengan mobilku. Di rumah,
tentu saja Fay menanyakan darimana saja aku sampai malam belum pulang.
Kujawab saja aku habis makan malam bersama teman.

“Yaa.. padahal Fay udah siapin makan malem.” Fay kelihatan kecewa.
Sebenarnya aku belum makan malam. Aku lapar.
“Ya udah, Ivan makan lagi aja deh.. tapi Ivan mau mandi dulu.” kataku
sambil mencium dahinya.
Fay kelihatan bingung, tapi tidak berkata apa-apa.

Panti Pijat

Panti Pijat

Mohon Maaf sebelumnya informasi mengenai panti pijat sedang
admin edit untuk beberapa waktu. setelah selesai kami editing
segera mungkin saya posting kembali informasi panti pijatnya.

mungkin cerita plus dibawah ini bisa menghibur rekan2..
selamat menikmati.

Suamiku - Suamiku

Pujo (samaran 42 tahun) adalah teman sejak aku SMA yang kini menjadi
suamiku. Kini setelah anak-anak kami sudah remaja (kini umurku 38 tahun)
hidup kurasakan tambah sepi apalagi aku tinggal berdua dengan suami
saja, anak-anakku sudah kuliah di lain kota. Suamiku adalah pria yang
baik dan sukses sebagai karyawan PMA, meskipun jabatan tidak terlalu
tinggi tapi kami hidup berkecukupan. Aku sendiri cukup waktu dan uang
untuk merawat diri, sehingga meskipun aku tidak cantik namun orang
bilang aku ini luwes tidak mboseni kalau dipandang suamiku bilang aku
memang tidak cantik tapi”ayu”apalagi kalau lagi orgasme tinggiku cuma
160 cm dengan berat 56 kg agak gemuk orang bilang tapi dadaku montok
sekali dengan puting yang merekah.

Suamiku senang olah raga tenis dan golf kalau badan tidak terlalu tinggi
165 cm tapi cukup atletis dengan berat badan 63 kg. Urusan diranjang
sebenarnya aku cukup bahagia karena suamiku orangnya telaten dan sabar
dia selalu memberikan kesempatan dulu padaku untuk orgasme seteleh itu
baru dia melakukan penetrasi sampai aku orgasme yang kedua.

Pengalaman ini terjadi karena rasa kesepianku di rumah sendiri akhirnya
aku usul untuk menerima kost toh kamar anakku 2 kamar tidak ada yang
nempati. Akhirnya suamiku sepakat dia yang cari dan kebetulan ada teman
kenalannya seorang pengusaha yang biasa mondar-mandir Jakarta ke kotaku
karena ada anak perusahaannya di kotaku. Pertimbangannya dari pada ke
hotel boros karena kadang harus sampai dua minggu. Namanya Duta
(samaran) keturunan arab dengan cina orangnya tinggi (176 cm 76 kg)
besar dengan kulit putih tapi wajah arab kayak Omar Syarif dengan bulu
diseluruh tubuhnya, orangnya sangat santun. Kami cepat akrab bahkan
seperti keluarga sendiri karena makan malam kami selalu bersama bahkan
pada waktu lapor Pak RT kami mengaku sebagai saudara. Oh iya aku
panggilnya Dik karena umurnya baru 38 tahun.

Bahkan jika suamiku dan Aku pergi berlibur ke Tawangmangu atau Bandungan
dan pas ada di kotaku ia kami ajak. Begitu akrabnya kami sehingga tak
jarang kami Dik Duta juga membantu kalau ada kerepotan dirumah sehingga
lingkungan taunya memang adik saya. Untuk sehari-hari setelah berjalan 3
bulan kami makin akrab saja bahkan suamiku suatu hari, ketika kami
ngobrol habis makan malam.

“Ajaklah Isterimu jalan-jalan kemari Dik Duta,” celetuk suamiku, “Biar
dia kenal mbakyumu” lanjutnya, Dik Duta hanya diam dan menghela napas
panjang.
“Ada apa.. Ada yang salah?” lanjut Mas Pujo melihat gelagat yang kurang
enak.
“E.. Anu Mas Aku sebenarnya duda isteriku meninggal 3 tahun yang lalu
diruamh cuma ada anak-anak dengan pembantu saja” jawabnya dengan mata
berkaca-kaca.

Kami akhirnya tahu statusnya dan kami minta suatu ketika kalau liburan
sekolah biar anak-anak diajak kebetulan anaknya 2 orang masih 7 tahun
dan 4 tahun. Sejak itu keakraban kami tambah dekat bahkan suamiku sering
membisiki aku kalau keturunan arab biasanya barangnya besar dan panjang.
Akupun merasa Dik Duta makin memperhatikan aku, pernah aku dibawakan
hadiah liontin permata yang cantik. Bahkan sehari-hari kami makin
terbuka misalnya ditengah guyonan, kadang kadang Dik Duta seolah mau
memelukku dan bahkan sembunyi-sembunyi berani menciumi pipiku kalau mau
pamit pulang Jakarta.

Demikian pula sebaliknya Mas Pujo seolah membiarkan kami bercengkarama
kadang kadang bahkan ngompori, “Ooo mabkyumu itu biar STW tapi malah
tambah punel (maksudnya memeknya) lho Dik Duta” kalau sudah begitu aku
yang merah padam, tapi untungnya hanya kami bertiga.

Seperti kebiasan kami, pada hari libur Sabtu Minggu kami bertiga week
end di kebun kami di Tawangmangu. Walaupun tidak terlalu luas namun
kebun ini cukupanlah untuk hiburan dan cukup nyaman untuk beristirahat.
Entah apa sebabnya Mas Pujo hari itu dengan manja tiduran berbantal
pahaku di depan Dik Duta setelah selesai makan malam sambil menonton TV
dan ngobrol kesana kemari diruang keluarga. Kulihat Mas Pujo sangat
atraktif mempertontonkan kemesraannya di depan di Duta. Aku sebenarnya
agak kikuk tapi karena sudah seperti adik sendiri aku bisa mengatasi
perasaanku, lagian Dik Duta sudah sering melihat kemesraan kami
sehari-hari dirumah. Kulihat Dik Duta acuh saja melihat tingkah laku Mas
Pujo. Malah akhirnya Dik Duta mengambil inisiatif mengambil kasur dari
kamar tidur untuk dihamparkan ke lantai.

Akhirnya kamipun menonton TV sambil tiduran, aku dan Dik Duta bersandar
didinding berjajar cuma berjarak setengah meter sedang Mas Pujo tiduran
di pahaku. Acara yang ditayangkan kebetulan agak menyerempet-nyerempet
hubungan suami isteri. Kulihat Dik Duta tidak bisa konsentrasi, ia lebih
sering mencuri pandang ke arah dadaku yang saat itu hanya terbungkus
daster, aku pura-pura nggak tahu tapi aku sempat melihat arah tengah
celananya yang aku yakin sudah setengah ereksi.

Tiba-tiba Mas Pujo memeluk pahaku sambil mengusap usap tonjolan payudara
dari luar baju daster yang kukenakan, aku bingung.

“Mas malu ah masa ada Dik Duta,” protesku sambil melemparkan tangannya
kasar.
“Ah nggak apa apa, wong Di Duta juga pernah merasakan koq.” sahut Mas
Pujo sambil senyum penuh arti ke Duta.

Duta tersenyum kecut Aku melengos sebel tapi jujur saja rabaan Mas Pujo
membuat aku on apalagi udara dingin Tawangmangu yang menusuk tulang.
Sementara Mas Pujo malah nekat dan kepalanya yang menindih pahaku
digeser ke arah selangkanganku, sehingga tak terhindarkan baju dasterku
yang memang pendek makin tersingkap sehingga Duta makin leluasa melahap
pahaku yang terbuka lebar..

“Mbak.. Aku.. Jadi ingin nih..” Duta bicara padaku.

Gila batinku aku benar-benar kaya kepiting rebus mendengar kata-kata
Duta hampir saja aku tampar. Tapi Mas Pujo malah menimpali, “Nggak
pa-pa, ya Mam? Kasihan khan Dik Duta sudah lama lho nggak merasakan”
sahutnya.
“Pap!! apa-apaan sih ini” sahutku nggak kalah seru.
“Papa boleh kok mam, papa iklas please, ..!” pintanya sambil mengedip ke
Dik Duta.

Rupanya Duta tanggap langsung saja dia miringkan badannya, karena jarak
kami cuma sejengkal maka langsung direngkuhnya belakang kepalaku dan
diciumnya mulutku dengan paksa. Aku ingin menolak tapi Mas Pujo memegang
tanganku dan meraba tengah CDku aku terombang-ambing antara nafsu dan
nilai yang ada dalam diriku tapi aku makin terangsang, tanpa sadar malah
kumiringkan tubuhku menghadap Dik Duta sehingga aku bisa berhadapan,
melihat reaksiku tanpa segan Dik Duta menyelusupkan tangannya dibalik
dasterku untuk meremas remas buah dadaku, sementara Mas Pujo tangannya
sudah masuk CD untuk mengelus elus klitorisku yang menjadi titik
kelemahanku.

Mendapat seranngan dua orang sekaligus sensasiku melambung tinggi ada
kenikmatan yang tiada tara. Kucoba memberanikan diri meraba perut Duta
dan turun kebawah pusar, ada rasa penasaran ingin tahu ukuran barangnya.
WAU.. luar biasa rupannya sudah berdiri keras dan tidak pakai CD lagi
tanganku tak bisa memegang semuanya genggamanku penuh itupun baru
separonya. Ketika itu Mas Pujo melepaskan seluruh pakaiannya dan
mencopoti dasterku, Duta melepaskan pakainnya juga dan menggeser
posisinya merapat ke arahku dari sebelah kiri kami berhadapan, sedangkan
Mas Pujo memiringkan tubuhnya yang bugil sebelah kanan (belakangku),
sehingga dengan sendirinya kontol Mas Pujo yang sudah kencang menempel
bokongku dan kontol Duta yang luar biasa panjang dan besar menempel
pahaku karena Duta tak mau melepaskan pelukannya padaku jadi Mas Pujo
hanya merogoh memekku dari belakang.

Duta menciumi diriku sambil mengelus payudara penuh nafsu, kulihat Duta
yang penuh dengan gairah, aku ikut terhanyut. Aku tak sempat berfikir
macam macam, nafsuku telah mendominasi pikiranku, kunikmati apa yang
dilakukan Duta padaku tanpa menghiraukan Mas Pujo yang meremas-remas
bokongku, dan mengelus vaginaku yang sudah basah. Aku mendesis desis tak
karuan karena keenakan dengan tangan kanannya Duta mendekap punggungku
erat erat, sedangkan tangan kirinya mulai menyibak vaginaku rupanya dia
sudah nggak tahan ingin memasukkan kontolnya ke memekku.

Dituntunnya penisnya ke arah lubang vaginaku, dan dalam tempo singkat
aku sudah melayang kelangit ke tujuh menikmati kontol Dik Duta yang
panjang besar ada meskipun rasa perih dan penuh menyesak di vaginaku
namun kenikmatan yang kurasakan mampu membuatku melupakan rasa perih
memekku. Otomatis jepitan lobang kemaluanku makin jadi dan
denyutan-denyutan memekku yang selama ini dipuja oleh Mas Pujo dirasakan
oleh Duta.

“Oh Mbak memekmu luar biasa, benar-benar punel Mbak” bisik Duta sambil
mulai memompa batang kemaluannya secara ritmis.

Sementara aku mengimbangi mengocoknya perlahan lahan, Duta mendesis
desis keenakan, kini wajah Duta menghadap ke arahku dengan matanya yang
terpejam sungguh tampan sekali apalagi desisanya membuatku benar-benar
melayang. Gesekan bulu dada di ujung putingku membuatku seperti kesetrum
listrik ribuan watt. Setelah hampir sepuluh menit Duta memompa memekku
aku mulai kesetanan mau meledak tapi dia mulai mengendurkan pelukannya.

“Ganti posisi yuk Mbak, nggak adil kan masa yang punya (Mas Pujo
maksudnya) nggak kebagian” bisik Duta padaku.

Duta melepaskan kontolnya dari memekku pelan-pelan terasa ada yang
hilang dari selanggkanganku, Duta berdiri sambil membimbingku Mas Pujo
masih ikut dibelangku sambil meremasi pantatku. Aku menoleh memandang
suamiku penasaran ingin tahu reaksinya, tapi ternyata kulihat Mas Pujo
begitu bahagia bahkan dia tersenyum.

“Kita main bersamaan ya Mas?” ajak Duta pada suamiku.

Duta mengambil posisi duduk bersandar di sofa dengan paha mengangkang,
tampak kontolnya yang besar panjang dan kokoh dengan topi baja yang
mengkilat karena cairan memekku berdiri seperti prajurit siap serbu,
kemudian ia menyuruhku mengangkang diatasnya dengan menumpangkan pahaku
pada pahanya sambil membelakanginya. Perlahan-lahan aku turunkan
bokongku dan duta membibing kontolnya untuk memasuki memekku, bles,
ahh.. Rasanya tambah nikmat dan sudah nggak perih lagi. Dengan posisi
begitu maka dari depan mencuatlah klitorisku yang sudah keras dan
kencang, perlahan-lahan aku mulai memompa dengan menaik turunkan
bokongku, melihat pemandangan seperti itu Mas Pujo langsung duduk
jongkok di depanku oh.. Ia menjilati klitorisku yang terbiar menantang.

Oh.. Luar biasa sensasi yang timbul seluruh tubuhku bergetar kurasakan
memekku makin berdenyut keras, kuraih kepala Mas Pujo kurapatkan ke
selangkanganku sementara Duta terus menyodokku dari bawah. Ahh.. Aku mau
meledak.. Mas.. Aku mau meladak..!!

Duta menggeram karena kontolnya kucengkeram dengan denyutan memekku yang
makin kuat,. Dan dengan sambil meremas-remas payudarku kurasakan kontol
Duta dalam memekku berdenyut keras.. Ahh Mbak aku mau keluar..
Ditariknya putingku sambil menyodokku dari bawah kuat-kuat sementara Mas
Pujo melumat klitorisku aku benar-benar tidak bisa menggambarkan
kenikmatan yang kudapat ketika kontol Duta menyemburkan spermanya ke
dalam memekku bersamaan orgasmeku dan hisapan-hisapan pada klitorisku.

Belum selesai sensasiku Mas Pujo menarikku dan memintaku nungging ini
kebiasaan Mas Pujo dia mau memompaku kalau aku sudah orgasme katanya
enak sekali kedutan-kedutan memekku kalau orgasme. Aku mengambil posisi
nungging dengan bertumpu pada kedua paha Duta pas kontolnya yang
berlendir-lendir di mukaku langsung saja aku bersihkan sementara Mas
Pujo mulai memasukkan kontolnya yang meskipun tidak panjang tapi
kepalanya sangat leber sehingga seperti klep pompa. Kurasakan sensasi
yang lebih hebat lagi ketika Mas Pujo mulai memompaku dari belakang.
Hampir saja kugigit kontol Duta kalau saja Duta tidak berteriak, mengaduh.

Entah aku merasa tidak kuat lagi menahan ledakankanku yang berikutnya
dan segara saat kontol Mas Pujo mulai berkedut-kedut akan menyemburkan
spermanya akupun juga merasakan diriku akan meledak lagi. Dan aahh
dengan teriakan panjang Mas Pujo menyemprotkan spermanya ke dalam
memekku. Aku segera berbalik untuk membersihkan kontol Mas Pujo, rasa
sperma dua orang laki-laki yang bercampur membuat lidah merasa aneh dan
asing. Kami terkulai lemas tapi aku merasa lapar dengan tetap bugil aku
kedapur untuk masak kulihat dua orang laki-laki itu berpelukan saling
menepuk punggung.

“Gimana dik?” lamat lamat kudengan suara Mas Pujo menanyakan kesannya
pada Duta.
“Wah luar biasa Mas, aku nggak nyangka kalau Mbak Rin.. Begitu hebat,
pantas Mas Pujo tidak pernah jajan,” timpal Duta.
“Begini aja dik, Dik Duta nggak usah sungkan lagi sekarang ini mbakyumu
ya isterimu, tapi janji Dik Duta nggak boleh jajan, aku jijik kalau
mbayangkan Dik Duta jajan,” sambung Mas Pujo.
“Sumpah Mas aku nggak pernah jajan sepeninggal isteriku, pernah
pembantuku aku pakai itupun cuma sekali selebihnya aku pake alat,”
lanjut Duta.
“Jadi janji betulan lho dik, dan kita nggak boleh cemburu, satu sama
lain..”
“Eh.. Enak aja ngomongin nasib orang nggak ngajak yang diomongin” aku
langsung protes nglendot di pangkuan Mas Pujo.
“Tapi Mama setujukann..” lanjut suamiku.
“Mmm.. Gimana.. Ya.. Mmm” sengaja kubuat-buat jawabanku aku ingin
melihat reaksi Duta.
“Maaf Mbak, kalau Mbak nggak setuju aku nggak pa-pa kok Mbak” Duta memelas.
“Habis.. Habis..” jawabku nggak kulanjutkan.
“Habis apa Mbak?” Duta panasaran.
“Habis.. E n a a k hi.. Hi.. Hi” jawabku sambil cekikikan.

Duta langsung menubrukku yang masih dipangkuan Mas Pujo, tanpa sungkan
lagi diciumnya bibirku diremasnya dadaku kulihat kontolnya sudah ngacung.

“Eh.. Makan duluu.. Ah aku lapar nih.. Nasi goreng sudah masak tuh di
meja” pintaku.

Duta menghentikan cumbuannya terus membopongku kekursi makan sambil
memangkuku dia menghadapi meja makan sementara Mas Pujo mengikuti dari
belakang dan mereka duduk berimpitan kursi. Aku membagi bokongku diatas
kedua paha mereka yang berhimpitan satu berbulu yang satu agak licin.
Mereka dengan sabar bergantian menyuapi aku. Aku benar-benar bahagia
mereka berdua sekarang suamiku, yang siap memuaskanku.

Selesai makan kusiapkan sikat gigi dan odol buat mereka, aku mendahului
membersihkan diriku di kamar mandi sperma yang kering berleleran di
pahaku terasa lengket. Setelah itu aku kekamar utama menyisir rambut ku
di depan cermin.

Tak lama kemudian kulihat mereka berdua mengendap-endap beriringan masuk
kamar aku seolah tak melihat. Kurasakan elusan lembut sebuah tangan
dengan bulu-bulu halus menelusuri bokongku, bahkan kemudian mengarah
keselangkangan dan mengelus memekku. Aku sudah bisa menduga pemilik
tangan itu, dan hatiku berdesir ketika kulihat tangan Duta lah yang
sedang mengelus belahan memekku, dan Mas Pujo mengelus batang penisnya,
sambil mulutnya menciumi dadaku. Sambil berubah posisi dengan setengah
duduk di depanku Mas Pujo siap dengan selangkanganku yang terbuka lebar
memperlihatkan vagina merah basah yang sangat indah, sementara tangan
kanannya menggosokan gosokkan kemaluanya, sementara Duta tidak tinggal
diam buah dadaku yang menggantung diremas remas dan diciumi dari belakang.

Duta merubah posisinya dengan duduk di meja rias dengan kontol siap
dimuka mulutku. Sekarang aku baru bisa mengukur panjangnya kontol Duta
yang ternyata ada dua kepalan tanganku dengan kepala agak meruncing dan
diameter kepala bajanya lebih kecil dari punya Mas Pujo. Langsung
kugenggam dan ku jilati dan kukocok-kocok. Begitu kulakukan sampai
hampir setengah jam dan dalam waktu yang tidak terlalu lama gerakan Duta
tak terkendali, bahkan ia membalas menekan kepala Mas Pujo yang sedang
mengenyot klitorisku dibawah meja pada saat itulah Duta menghentak
hentakkan pinggul dan menyorong-nyorongkan kontolnya dimulutku dan..

Croot.. Croot.. Croot..

Sperma Duta memenuhi kerongkonganku. Dia telah orgasme. Ini terlalu
cepat, padahal aku merasa masih belum apa-apa. Duta terus turun
membopongku ke ranjang dan Mas Pujo sekarang menindihku semetara Duta
mempermainkan ku dari bawah ah rupanya mereka telah kompak untuk kerja
sama memuaskan diriku. Mas Pujo sudah terlengkup ditubuhku, sementara
pinggulnya naik turun, mengocok batangnya yang sudah melesak ditelan
liang kenikmatanku. Sekali kali tangannya meremas bokongku.

Aku mulai on lagi dan otot-otot vaginaku mulai berdenyut-denyut tapi
tiba-tiba Mas Pujo menghentikan kocokannya, dan mencabut penisnya, aku
masih tanggung tetapi aku memang juga tidak ingin selesai sekarang, aku
masih berharap Duta bangkit lagi setelah istirahat. Aku ingin Duta
memompaku dulu baru Mas Pujo yang mengakhiri puncaknya. Tapi Mas Pujo
minta aku dan Duta melakukan 69 dengan posisi duta dibawah begitu aku
posisi enam sembilan Mas Pujo menusukku dari belakang dan Duta ganti
yang ngenyot klitorisku. Sungguh luar biasa rasanya ber 69 sambil
memekku dipompa aku tak dapat menahan kenikmatan yang menyerbu lubang
memekku. Denyutan-denyutan mencengkeram makin keras dan ini yang paling
disukai Mas Pujo, kemudian kurasakan Mas Pujo mulai mencengkeram
bokongku dan melenguh seperti sapi di sembelih sambil mempercepat
goyangannya, semetara mulut Duta tak henti menciumi klitorisku dan
lidahnya menerobos kadang masuk ke memekku disela kontol Mas Pujo.
Nafasku tersengal, aku mulai masuk kemasa orgasme.

Tanpa menunggu waktu lagi Mas Pujo mempercepat kocokannya, dan
kemaluankupun sudah berdenyut denyut kencang, akan segera akan keluar.
Mas Pujo merengkuh bokonku, makin kencang, sambil dari mulutnya keluar
erangan kenikmatan yang panjang dan kemaluannya ditekan keras ke
kemaluanku, dia semprotkan spermanya..

Crot.. Crot.. Crot tapi aku belum orgasme.

Dan segera berlelehanlah air maninya menyemprot didalam vaginaku Pada
saat yang sama, aku tak tahan menahan orgasmeku, kugenggam kontol Duta
kuat-kuat dan kuhisap sampai batangnya sambil mengejan menikmati
orgasmeku bersama Mas Pujo mendapat perlakuan begitu Duta juga orgasme
kembali dan menyemburkan maninya ke mulutku untuk yang kedua kali.
Kenikmatan yang luar biasa. Walaupun permainan sudah berakhir tetapi Mas
Pujo tidak mau mencopot kemaluanku dari memekku, aku paham betul dia
paling suka menikmati denyutan memekku.

“Pah.. Aku sudah nggak tahan.. Pahaahh.. Eghh.. Eegghh capek nih kasian
Duta kita tindih”

Malam ini adalah malam pertama aku merasakan penis orang lain selain
punya Mas Pujo apalagi penisnya lebih panjang, sebuah pengalaman yang
sangat memuaskanku.

*****

Pembaca terhormat masih banyak pengalaman nikmat yang kualami bersama ke
dua suamiku namun sementara sampai disini dulu, bila ada kesempatan akan
aku ceritakan lainnya. Sejak kejadian itu Duta minta jatahnya padaku
setiap ada dikotaku bahkan anak-anaknya sering diajak untuk bersama
tinggal dikotaku saat libur agar tidak bolak-balik.

Saat Duta ada hampir tiap hari sekali aku mendapat giliran dari Mas Pujo
dan Duta kadang kami lakukan treesome kadang hanya berdua saja dengan
salah sat dari mereka, dan kami sepakat hanya dilakukan bertiga saja.

Pembaca yang terhormat kalau anda wanita disayangi 2 orang pria
percayalah mereka bisa akur sabar tidak ada rasa cemburu dan yang hebat
anda akan dimanja seperti diriku. Nggak percaya cobalah. Pengalaman ini
benar-benar nyata kami telah 5 tahun bersama tapi kasih sayang mereka
sangat tulus padaku. Aku jadi rajin jamu dan senam untuk kepuasanku dan
kepuasan mereka bagi yang ingin tanya silahkan kirim email pasti
dijawab. Mau coba aku punya caranya.